Friday, June 8, 2012

cerpen_IC Babak Baru dalam Hidupku


Hwah….. ku hembuskan nafasku dengan berat. Masih terngiang di telingaku kata-kata kakakku semalam. “Tik, di Tanggerang,dekat kos-an nya kakak, ada sekolah Madrasah Aliyah Negeri. Kualitas sekolahnya jangan ditanya, bagus banget. Gratis pula. Kamu bisa meringankan beban ayah kalau sekolahmu gak bayar. Udah gak bayar,kualitas tinggi pula. Jangan ngelewatin kesempatan emas seperti ini.” Semalam,kakakku berusaha panjang lebar untuk meyakinkanku untuk mengikuti tes masuk sebuah MAN Unggulan, MAN Insan Cendekia. Bingung jadinya aku. Pasalnya,aku kemarin baru saja diberitahu kalau aku lulus tes tertulis SMAN 1 Unggulan Bangka Belitung. Di situ sekolahnya juga gratis. Tapi,ayahku beralasan lain. “gak Cuma biaya yang kita utamakan,tapi juga kualitas. Dan kualitas yang harus paling diutamakan adalah kualitas agamanya. Kamu yang berlatar belakang MTs, lebih cocok kalau masuk ke Madrasah Aliyah. Sia-sia khan pelajaran agamamu di MTs gak kepake lagi kalau kamu sekoalh di SMA.” Ucap ayahku semalam selepas menerima telepon dari kakakku. ‘ gak ada salahnya mencoba. Gak ada ruginya juga. Kalau dapet yah bersyukur. Gak dapet, gak apa-apa lah. Namanya juga mencoba.’ Pikirku.
Winniee
 


Hari ini aku harus pergi ke sekolah. Pasalnya,semua persyaratan untuk mengikuti tes administrasi di MAN Insan Cendekia paling lambat harus dikirim ke kakakku 3 hari lagi. Aku mesti buru-buru. Soalnya, yang aku denger, pak kepala sekolah MTs ku akan bepergian ke luar kota dalam minggu ini. Aku malas sebenarnya untuk pergi ke sekolah soalnya tidak ada lagi pelajaran ketika habis ujian. Tapi tak apalah, demi bisa melihat tempat yang bernama Jakarta, aku rela kalau Cuma harus pergi ke sekolah. Ke Jakarta,koq? Ya,soalnya kata kakakku,dikarenakan dari Bangka Belitung pesertanya Cuma daku seorang, maka untuk mengikuti tesnya,aku harus pergi ke Kampus MAN IC. Itu juga kalau lulus tes administrasinya.
Setibanya di sekolah,aku langsung menuju ke ruangan Pak Kasiwandi, kepala sekolah MTs ku. Untunglah, beliau ada di ruangannya. “wah,Tika. Tumben banget ke sekolah. Ada apa nih? Kayaknya penting banget sampe kamu bela-belain ke sekolah.” Ucap Pak Kasi setelah menjawab salamku. Aku tersipu malu mendengar sindiran tidak langsung Pak Kasi, karena aku memang yang paling jarang datang ke sekolah setelah ujian. Kuambil kursi di depan Pak Kasi lalu kujelaskan maksudku menemui beliau pagi ini. Beliau meminta brosur sekolah itu. Beliau membacanya dengan antusias. “wah,ini baru sekolah bagus. Bapak setuju banget kalau kamu melanjutkan ke sekolah itu. kamu ke sini untuk melengkapi persyaratan-persyaratan ini, khan? Oh ya,apa kamu ingin berkas-berkas ini diketik ulang? Biar bapak suruh Bu Reni untuk mengetikkannya untukmu. Kamu pasti memerlukan materai juga, khan? Kebetulan bapak punya banyak cadangan materai. Kamu tinggal sebutkan berapa buah yang kamu perlukan. Kamu tunggu aja di perpustakaan. Kamu kembali ke sini pukul 11.00 WIB nanti. Bapak jamin, semua  berkas ini tinggal kamu ambil dan kamu lengkapi. Okey?” Hah……. Aku kaget bercampur senang mendengar respon Pak Kasi atas rencanakui  untuk mendaftar di Insan Cendekia. Segera kusambut  tawaran beliau. Aku pun pamit untuk menunggu di perpustakaan.
Tepat pukul 11.00 WIB, aku kembali ke ruang Kepala Sekolah. Rupanya beliau sudah pergi ke kabupaten. Yang ku temui Cuma Bu Reni yang sedang mengetik. “oh ya Tika,tadi Pak Kasi pamit. Dia mohon maaf tidak bias menyerahkan langsung. Ini berkas-berkasnya. Insya Allah sudah lengkap semua.” Kuterima berkas-berkas itu dari Bu Reni. Ku periksa kembali berkas-berkas itu, takut ada yang kurang atau ketinggalan. Setelah kurasa semua telah beres, aku pun pamit pada Bu Reni. Ku langkahkan kaki keluar pagar sekolah dengan hati yang lega. Tinggal melengkapi foto dan tanda tangan orang tuaku. Huah….. hatiku benar-benar lega. Jalanku dimudahkan oleh Allah.
Winniee
 


Kumasukkan buku-buku yang mungkin kuperlukan untuk belajar menghadapi tes masuk MAN Insan Cendekia ke dalam koper. Yah… 4 hari yang lalu,aku mendapat kabar dari kakakku kalau aku lulus tes administrasi di MAN itu. Aku senang. Jujur, aku senang karena aku bisa jalan-jalan ke Jakarta. Bukan karena aku bisa lulus tes tersebut. Aku pikir, aku yang berasal dari sekolah kampung biasa,mana sanggup dan pantas untuk masuk ke sekolah se-istimewa Insan Cendekia. Jadi, aku tak pernah berfikir untuk bisa sekolah di sana. Lain halnya dengan keluargaku. Semua sangat senang mendengar kalau aku lulus tes administrasi. Terutama ayahku. Setelah mendapat kabar kalau aku harus pergi ke Jakarta besok untuk mengikuti tes karena lusa tes tertulis akan dilaksanakan di Kampus IC, ayah segera pergi ke Kota untuk membeli tiket pesawat untukku. Padahal jarak antara desaku dengan Pusat Kota lumayan jauh,tapi ayahku rela menempuh jarak sejauh apapun demi mewujudkan cita-citaku dan cita-citanya; menjadikanku manusia yang membanggakan. Duh ayah, love you forever.....
Winniee
 


Kurebahkan badanku ke kasur di kamar kost kakakku. Capek sekali rasanya badanku. Setelah menempuh perjalanan 1 jam di pesawat, akhirnya aku sampai juga di Bandara Soekarno Hatta. Aku mengantre lama sekali untuk mengambil koper. Maklumlah,ini kali pertamanya aku bepergian naik pesawat. Sendirian pula. Benar-benar melelahkan. Dan merepotkan tentunya.
Aku dijemput kakakku laki-lakiku lalu aku pun diantar menuju kost kakak perempuanku. Setelah tiba di kost kakakku, Kak Said, kakak laki-lakiku tidak langsung kembali ke kost nya. Dia janji akan mengajariku guna mempersiapkan diri untuk tes besok. Aku diajari berbagai pelajaran yang mungkin tidak aku dapatkan di MTs. Kak Said mengajariku sampai pukul 21.00 WIB. Lalu kami makan malam bersama-sama sebelum kakakku kembali ke kostnya.
Winniee
 


Ku tatap gedung-gedung yang berdiri tegak di depanku. Yah… inilah Insan Cendekia. Bentuk atap gedungnya aneh, tak pernah kulihat sebelumnya. Luas sekali sekolah itu. Aku sampai bingung gerbang keluarnya dimana. Benar-benar sekolah yang luar biasa. Di hadapanku puluhan bahkan ratusan orang yang juga bertujuan sama denganku; mengikuti tes sekolah ini dan menaklukkannya. Di benakku Cuma tercetak kata LUAR BIASA…………….
Kutunggu kakakku yang sedang bertanya kepada resepsionis. Setelah urusannya selesai, dia menyuruhku untuk mengikutinya. Kami melewati berbagai gedung dan puluhan anak seusiaku yang  berseliweran entah mengerjakan apa. Ketika tiba di ruang tes-ku,ku lihat sudah banyak orang yang sedang menunggu tes dimulai. ‘Mereka semua kelihatannya para siswa-siswi yang berotak encer. Apa bias aku mengalahkan mereka?’ pesimisku timbul kembali.
Setelah menunjukkan letak tempat tesku, Kak Said menunjukkan jalan menuju masjid. Wah… masjidnya pun gagah nian. Terkagum-kagum aku dibuatnya. Setelah melaksanakan sholat dhuha, kulanjutkan dengan sholat hajat. Bagaimanapun, aku juga ingin masuk ke sekolah ini untuk membahagiakan orang tuaku.  Aku berdo’a semoga Allah memudahkan jalanku.
Setelah selesai sholat, aku kembali ke kelas tempat tesku. Kakakku sendiri sudah pergi ke kampusnya. 10 menit lagi tes akan dimulai. Aku deg-degan. Disaat yang lain sibuk belajar aku malah sibuk menikmati pemandangan IC.
Bel tanda tes akan dimulai berbunyi. Kuucapkan bismillah untuk semua yang akan kulakukan hari ini. Kuyakin,doa ayah ibuku selalu menyertaiku. Dan Allah akan ridho atas itu.
Winniee
 


Kutatap mentari pagi dari jendela kamar hotelku. Sudah 3 hari ini aku mengikuti lomba MTQ di kota. Sudah 3 minggu sejak tes masuk Insan Cendekia berlalu. Hatiku deg-degan tak karuan mengingat aku mengisi jawabannya semampuku saja. Rasanya, sehabis tes kemarin adalah saat terakhir aku akan melihat Jakarta. Tak mungkin aku bisa diterima di sana.
Kulangkahkan kaki keluar kamar. Kuajak teman sekamarku ke restoran untuk sarapan. Setelah tiba di restoran, kami segera mengantre untuk mengambil jatah sarapan. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Rupanya Bu Lidya, peserta bidang Qiraat Sab’ah. “Kenapa,Bu?” Bu Lidya menunjuk kea rah Pak Saefudin, pendamping kami. Itu artinya aku sedang dicari oleh Pak Saefudin. Setelah mengambil makanan, kudekati Pak Saefudin. “Tika, apa benar nama panjangmu Ita Rahmatika? Apa kamu mengikuti tes masuk SMA 1 Unggulan Bangka itu?” aku heran dengan pertanyaan Pak Saefudin. Kujawab iya. Pak Saefudin malah mengucapkan selamat padaku. Aku heran. Lalu beliau menyerahkan Koran yang ada di tangannya padaku. Kubaca. Ya Allah. Maha Suci Allah. Alhamdulillah. Namaku terpampang menjadi salah satu dari 70 orang yang beruntung bisa masuk ke SMA itu setelah melalui 3 proses; tes administrasi, tes tertulis, dan tes psikologis. Aku bersujud syukur saking senangnya. Saat aku bersujud syukur, hand phone ku berbunyi. Kulihat yang menelpon. Kak Said. Kutekan OK. “Assalamualaikum dek, nomor tes mu waktu tes di IC berapa?” Kujawab” 1403xxx, emangnya ada apa kak? Udah ada pengumuman hasil tesnya?” Dadaku berdebar-debar. “beneran gak nomormu yang itu. Entar salah lagi.” Dengan gemas kujawab kalau aku hapal nomor tesku. Kalau tidak percaya, kusuruh kakakku menelpon ke rumah untuk memastikannya. “ kamu percaya tidak kalau kamu bisa lulus tes IC?” Ada apa lagi dengan kakakku ini. Pertanyaannya gak penting banget. “ yah, gak percayalah. Wong aku ngerjainnya asal-asalan koq.” Kujawab hal yang semestinya kujawab. “kamu tu lulus tau tes di IC.” Ku tau kakakku ini sedang bercanda. “Kak, kalau mau ngehibur aku karena aku gak lulus tesnya, gak usah pake acara bohong-bohong segala deh. Aku gak bakal sedih koq. Wong aku keterima lho, di SMA 1.” Kuakui meskipun aku berkata demikian, tetap ada rasa sakit dan kehilangan tidak bisa diterima di IC. “wah bagus banget nasibmu hari ini. Kamu lulus tes dua-duanya. Kalau kamu gak percaya,Tanya aja ke ayah nanti.” Ujar kakakku sebelum menutup telponnya.
Winniee
 


Sorenya, ayahku datang menemuiku. Beliau datang dengan senyum seindah mentari. Segera kucium tangannya setelah mengucap salam. “Tik, nikmat Allah itu emang gak ada batasnya. Kamu harus selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan sama kamu. Termasuk nikmat kamu di hari ini. Tahu gak, tadi Pak Kasi menelpon ayah. Pak Kasi mendorong ayah untuk membujukmu untuk memilih MAN Insan Cendekia. Jujur, ayah sangat ingin kamu ke sana. Gak Cuma ayah juga sih, tapi hampir semua keluarga kita ingin kamu menerima kesempatan sekolah di Insan Cendekia. Gimana Tik? Kamu istikharah saja biar pilihanmu nanti benar-benar diridhoi Allah dan kamu gak akan menyesal nantinya.” Aku tak menyangka, kabar diterimanya aku di dua sekolah yang bergengsi itu telah menyebar ke seantero desa. Huh…. Aku bingung banget jadinya. Mumet pikiranku. Di satu sisi, aku ingin membahagiakan keluargaku dengan masuk ke Insan Cendekia. Tapi di sisi lain, aku juga telah lama memimpikan untuk bisa masuk ke SMA 1. Duh…. Bingung. Benar kata ayah. Semua masalah akan selesai dengan istikharah.
Winniee
 


Akhirnya, setelah menjalani istikharah dan dengan dorongan dari semua orang, kumantapkan hatiku untuk mengambil kesempatan di Insan Cendekia. Kucoba mantapkan langkah, kucoba tetapkan hati, agar aku bisa bertahan di sana. Sedih rasanya harus jauh dari Pulau Bangka yang sangat aku sayangi ini dan tentu saja, berat rasanya hati untuk jauh dari keluargaku terutama ayahku.
Tapi entah kenapa, disaat aku menyatakan kesanggupanku menerima Insan Cendekia, cobaan bertubi-tubi menderaku. Tiket pesawat yang habis terjual di semua hari di liburan ini. Tidak tersisa satupun. Padahal  1 minggu lagi aku harus sudah berada di kampus MAN Insan Cendekia. Sedangkan barang-barang yang aku perlukan belum kubeli semua. Aku stress. Ditambah sekitar 2 minggu yang lalu, pihak Insan Cendekia mengirimkan surat bahwa aku belum melengkapi persyaratan dalam tes kesehatan yaitu hasil rontgen. Padahal semua data dari rumah sakit kukirimkan semua. Pihak Insan Cendekia bilang kalau aku tidak bisa masuk ke Insan Cendekia kalau syarat yang itu dilengkapi. Aku pusing tujuh keliling. Masak aku harus rontgen lagi, padahal biaya rontgen di rumah sakit umu di Bangka sangat mahal. Aku pun segera menghubungi kakakku. Kakakku pun segera mengurus semuanya. Rupanya data-data itu terselip. Hah… yah..  itu mungkin Cuma kejadian biasa. Tapi itu cukup memukulku. Aku jadi merasa kalau pilihanku salah. Itu benar-benar menjadi beban fikiranku. Ya Allah, tolong mudahkan jalan yang menurut Engkau baik untuk aku jalani. Amin….
Winniee
 


Ku usap peluh yang membasahi dahiku. Ku coba mengingat kira-kira barang apa yang belum aku masukkan ke dalam koper dan kardus. Setelah yakin kalau semua sudah lengkap, ku seret koperku ke ruang tengah. Yah… 5 jam lagi aku akan meninggalkan Bangka. Tiket kapal laut telah ayahku dapatkan kemarin. Meskipun aku harus naik kapal laut yang memakan waktu sehari semalam untuk tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, tak apalah. Karena 3 hari lagi adalah hari pertama masuk ke IC sekaligus pendaftaran ulang. Dan kalau aku tidak tiba di IC sesuai waktunya, maka secara otomatis semuanya pun batal. Jadi, tidak apa-apa lah kalau naik kapal laut, yang penting selamat dan tepat waktu sampai di tujuan.
Menurut keterangan yang ada di tiket, aku harus cek ulang pada pukul 16.00 WIB. Kapal akan berangkat pukul  17.30 WIB. Karena jarak dari rumahku ke pelabuhan sangat jauh, kira-kira memakan waktu 2 jam, maka aku harus berangkat pukul 13.00 WIB dari rumah. Untung saja semua barang-barang yang akan ku bawa telah kupersiapkan jauh-jauh hari.
Kutatap jam dinding di kamarku. Sudah pukul 11.00 WIB. Aku harus segera mandi dan bersiap-siap. Kulihat adik-adikku yang akan mengantarku ke pelabuhan juga sudah sibuk memilih baju yang ingin mereka pakai. Rencananya,ayahku akan menyewa dua mobil untuk mengantarku ke pelabuhan. Adik-adik dan sepupu-sepupuku berebutan untuk mengantarku. Maklumlah, karena aku adalah sepupu yang paling dekat dengan semuanya.
Winniee
 


 Kumasukkan kardus terakhir bawaanku ke mobil. Semua sudah siap berangkat. Kami memulai perjalanan dengan doa safar.
Kupandangi rumah dan desaku dengan perasaan yang sukar dijelaskan. Di dekat taman depan rumahku, kulihat sahabatku menatap mobilku dengan tatapan yang sukar diartikan. Tanpa sadar,ku menitikkan air mata. Seakan-akan aku tidak akan pernah melihat semua ini lagi.
Di tengah perjalanan, kami singgah di supermarket untuk membeli bekal untuk dimakan di kapal nanti. Agar waktunya tidak banyak terbuang, anak-anak kecil dilarang turun dari mobil karena jika anak kecil masuk ke supermarket maka akan susah untuk mengendalikan mereka dalam membeli sesuatu. Dan itu pasti akan memakan waktu lama. Tapi, dasar anak-anak keras kepala, mereka memaksa untuk masuk ke supermarket. Tidak ada yang bisa menghentikan tingkah mereka. Jadilah, waktu banyak terbuang di supermarket.
Kami baru melanjutkan perjalanan lagi pukul 15.00 WIB. Padahal jarak antara supermarket ke pelabuhan masih jauh. Aku mulai gelisah. Aku takut tertinggal kapal. Aku terus berdoa dalam hati semoga itu tidak terjadi.
Pukul 16.30 WIB, kami tiba di pelabuhan. Dengan buru-buru aku dan ayah menuju ke tempat pengecekkan tiket. Tapi ternyata, loket itu sudah tutup. Ayah pun segera bertanya kepada seorang ibu yang sedang berjualan di depan loket itu. “Bu, kemana nih, orang yang jagain loket pengecekan tiketnya? Koq gak ada?” Tanya ayahku. “Wah Bapak, ini mah udah jamnya tutup, Pak. Kan kapalnya udah berangkat tadi.” Jawab ibu itu sambil menatap aku dan ayah bergantian. Aku seakan mendengar petir di siang bolong. Tubuhku lemas seketika. Aku tak dapat menahan air mataku. Aku pun menangis tersedu-sedu. Para kerabat yang mengantar kami, menghampiri kami. Mereka heran melihat tampang ayah yang kusut dan aku yang berlinangan air mata. Mereka bertanya apa yang terjadi. Ayah menjelaskan semuanya.
Tiba-tiba datang seorang bapak bertubuh gempal mendekati ayah. Rupanya, dia adalah orang yang menjaga loket. Dia mengatakan bahwa ada kapal laut yang berangkat malam ini ke Jakarta, tapi kemungkinan besar akan singgah lebih dulu ke Belitung dan itu akan memakan waktu 2-3 hari. Aku tidak mungkin naik kapal itu, karena 3 hari lagi kau harus sudah tiba di IC.
Lalu bapak itu menawarkan alternatif yang lain, yaitu naik kapal yang berangkat besok pagi dan bisa dipastikan Cuma memakan waktu 19 jam untuk tiba di Jakarta. Kuterima tawaran yang satu ini. Akhirnya kami kembali ke rumah dan akan kembali lagi besok pagi
Winniee
 


Kutatap lautan lepas dari bagian dek kapal. Sudah 13 jam kami terombang-ambing di lautan. Hari ini hari jumat. Dan besok aku sudah masuk ke IC. Rasanya sudah tidak sabar untuk menjadi bagian dari Insan Cendekia.
Menurut sang informan kapal, kapal akan melempar sauh pukul 13.00 WIB nanti. Itu artinya masih sekitar 3 jam lagi aku harus menikmati pemandangan laut yang membosankan ini.
Sudah pukul 13.30 WIB, namun tanda-tanda kapal akan merapat belum tampak. Aku mulai kesal. Aku sudah tidak kuat berada di kapal ini. Bau pesing, bau muntah membuat perutku mual tidak terkira.
3 jam kami menunggu di dekat pelabuhan dan awak kapal belum juga melempar sauh. Di tengah ketidaksabaran itu, terlintas lagi perasaan kalau aku telah salah memilih IC . Buktinya banyak sekali cobaan yang aku dapatkan ketika menetapkan pilihan ke IC. Tapi segera kutepis semua perasaan itu. Aku harus yakin, Allah menunjukkan jalan yang terbaik yang harus aku jalani.
Akhirnya kapal merapat juga. Para penumpang berebutan untuk turun. Begitu juga aku dan ayahku. Setelah tiba di bagian luar pelabuhan, ayahku segera mencari taksi untuk menuju kost kakakku.
Winniee
 


Ku seka air di wajahku. Kantukku masih terasa. Maklumlah, aku baru tiba di kos-kosan kakakku pukul 19.00 WIB malam. Setelah istirahat sebentar, aku diajak kakakku ke pasar untuk membeli jilbab. Kembali lagi ke kost pukul 22.00 WIB. Aku benar-benar capek. Setelah tiba, aku tidak langsung tidur. Aku membantu kakakku menyiapkan barang bawaanku untuk besok. Aku baru tidur pukul 2.00 WIB. Dan aku harus bangun pukul 04.00 WIB, untuk mandi dan bersiap-siap. Pukul 06.00 WIB, Kak Said akan menjemput aku, ayah, dan Kak Iroh dengan  taksi sewaannya. Perjalanan dari kost Kak Iroh menuju IC memakan waktu 1 jam perjalanan kalau tidak terjebak macet.
Aku harus tiba di IC pukul 07.00 WIB untuk mendaftar ulang. Di sepanjang perjalanan, aku pun tidur dengan nyenyaknya.
Winniee
 


Perpisahan itu sangat menyakitkan, meskipun kita telah menyiapkan hati untuk menerima itu. Aku tak kuasa menahan tangis ketika ayah memelukku sebelum aku masuk ke dalam asrama. Ayah menyampaikan wejangan-wejangan khasnya. Aku terdiam. ku tatap mata ayahku. Oh ayah, demimu, aku akan berusaha di sini dan menjadi yang terbaik.
Winniee
 


Winniee
Masa-masa PTS An-Nahl  yang melelahkan sudah berakhir. Acara ditutup setelah Long March. PTS yang sangat seru dan melelahkan. Aku sangat menikmati masa-masa yang cuma 1 minggu ini. Setelah PTS ditutup, hampir semua anak angkatan 16 menyerbu KOPINMA. Maklumlah, selama PTS, siswa baru dilarang jajan atau membeli sesuatu. Aku bersama semua anak kamarku pun ikut menyerbu KOPINMA. Kami membeli berbagai keperluan. Setelah selesai membeli, kami segera kembali ke kamar. Cucian menumpuk telah menanti kami.


Kutatap semua anak kelasku. Kelas X-2. Setelah seminggu masa percobaan atau matriks, akhirnya aku punya kelas juga. Semua yang ada di kelas ini akan menemani aku selama 1 tahun ke depan. Kami pun saling memperkenalkan nama masing-masing berikut asalnya. Banyak sekali tipe orang yang ku temukan di kelas ini. Tapi aku yakin, perbedaan-perbedaan itu pasti malah akan mempersatukan kami. Kami pasti akan menjadi kelas tersolid selamanya.

Winniee
 


Kuhembuskan nafas yang terasa sangat berat ini. Sudah 3 bulan aku di Insan Cendekia. Aku pun mulai dapat menyatu dengan kehidupan khas Insan Cendekia. Tidak ada orang yang tidak pernah remedial. Hidup di IC tanpa remedial bagaikan minum kopi tanpa gula. Pahit dan terasa hambar. Namun, jika gulanya kebanyakan, malah akan sangat tidak enak. Yah, seperti itu juga hidup di IC. Kalau gak pernah remed, hidup di IC terasa hambar. Tapi kalau kebanyakan remed, stressnya gak ketulungan. Stress karena pelajaran bagaikan bumbu kehidupan di IC. Stress lah yang kurasakan sekarang. Bayangkan, di MTs aku yang jarang remedial waktu MTs, di sini aku bahkan hampir selalu remedialm di setiap UH. So pasti, ini semua membuat aku stress. Begitu juga dengan sebagian temanku. Tapi, meskipun begitu, aku tetap optimis. Aku pasti bisa bertahan di Insan Cendekia sampai wisuda dengan nilai terbaik. Buktinya saja, kakak-kakak kelas bisa bertahan di sini. Dan semuanya hidup dengan bahagia di IC. Masak aku tak bisa seperti mereka. Ya Allah, kabulkanlah doa hamba ini. Amiiiinnn......
IC adalah babak baru dalam hidupku. Di IC, aku mengenal berbagai macam hal yang tidak akan aku ketahui di luar Insan Cendekia. Jujur, kuakui, sebelum masuk IC, aku adalah seorang muslimah yang tomboi. Aku lebih banyak bergaul dengan para lelaki ketimbang bergaul dengan perempuan. Di IC aku sadar, antara laki-laki dan perempuan itu ada batasan bergaulnya. Rasanya, masa sebelum aku masuk IC adalah masa jahiliyahku. Dan di IC, aku diajari untuk keluar dari kejahiliyah-an itu. Aku sangat bersyukur masuk ke Insan Cendekia. Insan Cendekia adalah tempatku 'tuk kembali ke jalan-Nya.
Winniee
 


kulangkahkan kaki menuju gerbang MAN Insan Cendekia. Aku baru saja kembali dari liburan semester 1. Alhamdulillah, nilai raport semester 1 ku tidak jelek tapi gak bagus-bagus amat sih. Lumayanlah, setidaknya nilai raport ini bisa memberi dukungan untuk diriku sendiri kalau aku pasti bisa bertahan di IC. Kulangkahkan kaki memasuki Kampus MAN Insan Cendekia. Tapi, langkah kakiku berbeda dengan langkah kaki ketika aku baru masuk ke IC. Langkah kaki kali ini kuiringi dengan kemantapan hati dan senyum pasti serta keyakinan yang menggebu-gebu di dada. Keyakinan bahwa IC adalah babak baru dalam hidupku dan harus aku jalani dengan sepenuh hati. Bagiku, Insan Cendekia adalah sekolah terbaik, pesantren terbaik, dan tempat terbaik. Dan aku yakin, aku akan di sini bersama ke 119 temanku sampai wisuda nanti. Dan Allah pasti meridhoi jalan kami karena langkah kami pun diiringi doa dari semua orang.  Amiiinn Ya Rabbal'alamin......




No comments:

Post a Comment